Psikoanalisis Freud (2)

Akhir-akhir ini, ada sebuah kata yang sangat dikenal dan bahkan ke seluruh lapisan masyarakat yaitu GALAU. Istilah ini mau mendifinisikan sebuah situasi hati manusia yang tidak menentu. Sebelum istilah ini muncul, orang sering menggunakan katan NANO-NANO. Harus diakui bahwa penyebab munculnya istilah galau, adalah kesulitan manusia untuk menamai perasaannya, kesadarannya, situasi batinya, keinginan-keinginannya dan seterusnya. Dan apalagi harus menamai, memahami perasaan, kesadaran, situasi batin, keinginan-keinginan orang lain dan seterusnya. 

Sigmund Freud, Psikoanalis
Fenomena seperti itu rasanya sudah terjadi sejak lama. Bahkan seorang Neurolog bernama Sigmun Frued sampai-sampai mengibaratkan manusia sebagai gunung es di tengah lautan, karena menurutnya manusia itu sulit untuk dapat dipahami. Tetapi, apakah Freud hanya berhenti pada lontaran analogi? Freud menjawabnya dengan pendekatan yang kita kenal PSIKOANALISIS.

Psikoanalisis terdiri dari dua kata yaitu psiko dan analisis. Psiko secara etimologi artinya psikis atau disebut juga dengan jiwa. Dengan demikian Psikoanalisis dapat diartikan dengan analisa jiwa. Pendektan tidak hanya meninjau tingkah laku manusia itu dalam kehidupan psikis manusia, tetapi justru melihat dasar-dasar atau latar belakang dari munculnya tingkah tersebut. Oleh karena itu psikoanalisis ini sering kali disebut dengan psikologi dalam (deep psychology).

Fenomena Gunung Es
Oleh sebab itu, dari analogi gunung es itu, Freud hendak menjelaskan teori keperibadiannya yang membagi struktur mind ke dalam tiga bagian yaitu: consciousness sebagai alam sadar, ambang sadar disebut preconsciousness dan unconsciousness sebagai alam bawah sadar. Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia. Karena dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

Sedangkan Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, yang berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas. Konsep Freud tentang struktur mind dikembangkan dalam “mind apparatus”, yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud, yang terdiri dari: id, ego dan super ego.

Pertama, Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian. Sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya insting. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer. Seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Karena sifatnya yang mengikuti prinsip kesenangan, id tidak mengenal yang benar dan yang salah. Ia hanya berusaha untuk terus memuaskan keinginan manusia.
Apabila rasa id seseorang menguasai sebahagian besar energi psikisnya, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengubar impuls-impuls primitifnya.

Kedua, Ego atau I (saya), adalah bagian dari pikiran yang memiliki kontak dengan kenyataan. Ego dikendalikan oleh prinsip realitas, dan berusaha untuk menjaga keseimbangan antara id dan superego. Ego menjadi struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego.
Apabila rasa ego seseorang menguasai sebagian besar energi psikisnya, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional.

Ketiga, SuperEgo sama dengan id, juga berada di alam bawah sadar. Superego berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral.
Apabila rasa super ego seseorang menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irasional. 

Dinamika ketiganya 
Id dan superego akan saling menekan agar dapat muncul ke dalam ego, sehingga bisa terkadang id yang muncul lebih kuat, terkadang superego yang muncul lebih kuat. Jika ego lemah, ia akan menjadi kesulitan untuk menjaga keseimbangan antara id dan superego. Id yang berlebihan akan menyebabkan seseorang menjadi psikopat (tidak memerhatikan norma-norma masyarakat), sedangkan superego yang berlebihan akan menyebabkan psikoneurose (kegelisahan yang tinggi dalam menaati aturan).

Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah. Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam, seperti : identifikasi, proyeksi, fiksasi, agesi regresi, represi. 

Sumber: 
  • Cohen, David (2009). The Escape of Sigmund Freud. London: JR Books.
  • Fry, Helen (2009). Freuds' War. Stroud: The History Press.
  • Jones, Ernest (1953, 1955, 1957). Sigmund Freud: Life and Work (3 vols.). London: Hogarth Press. 
  • Feist, J. & Feist, G. J. (2006). Theories of personality (6th ed.). NY: McGraw-Hill.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar