- Kasih Seorang Ibu (2) -
“Jika keheningan dapat dipelihara, kita
akan lebih mudah masuk dalam suasana doa dan mengembangkan hidup doa
kita. Namun kalau sudah terlalu banyak bicara kenangan, masa lalulah
yang sering diputar-putar dan ada begitu banyak berita yang kita bawa
dan dengar.
Dalam
doa kita mesti meninggalkan semua itu sebab hati kita perlu hening.
Sebagaimana dikatakan hanya dalam keheningan hati Tuhan berbicara.
Barulah setelah itu kita dapat mendengarkan dan berbicara dari kepenuhan
hati kita.” Bagi Ibu Teresa, doa menjadi satu-satunya kunci untuk tetap
bertahan dan melaksanakan kehendak Allah. Ketika ia ditanya seseorang
tentang bagaimana para pengikutnya mempertahankan imannya ? Ia menjawab
“Dengan doa.“ Doa menjadi sumber kekuatan dalam hidup para pengikutnya.
Dalam doa dan dalam keheningan lahir-batin itulah seseorang dapat
berbicara dan mendengarkan Allah.
Doa
menjadi yang utama, sehingga ketika ada seseorang suster yang
mengusulkan tambahan waktu untuk melayani orang miskin dan tersingkir
yang juga berarti mengurangi waktu doa, ia dengan tegas menolak. Bahkan
ia menambah 1 jam waktu untuk berdoa. Ia mau menunjukkan betapa
pentingnya hidup doa yang memupuk kedekatan relasinya dengan Kristus.
Karya pelayanan harus mengalir dari kedekatan relasi dengan Kristus itu,
sehingga semakin mampu menyebarkan kegembiraan dan cinta pada semua
orang. Jalan sederhana yang diajarkan Ibu Teresa kepada para pengikutnya
adalah : Buah keheningan adalah doa, buah dari doa adalah iman, buah
dari iman adalah cinta, buah dari cinta adalah pelayanan, buah dari
pelayanan adalah damai. Jalan sederhana inilah yang akan membantu setiap
orang untuk tetap setia dan teguh dalam karya dan dalam membangun hidup
rohaninya dalam relasinya dengan Allah dan sesama.
Ibu
Teresa juga sangat terpikat oleh Ekaristi dan misteri yang ada di
dalamnya. Kedalaman hidup rohani Ibu Teresa yang begitu terpikat dengan
Ekaristi diungkapkan dalam doanya: “Lihatlah, ya Yesus terkasih,
seberapa jauh cintaMu yang tidak terbatas telah membawaMU. Dari Tubuh
dan DarahMu yang sangat berharga. Engkau telah menyiapkan bagiku sebuah
perjamuan Ilahi agar Engkau memberikan diriMu kepadaku. Apa yang
mendorong Engkau melakukan tindakan kasih ini? HatiMu, hati yang penuh
kasih. Dalam perapian cinta IlahiMu yang menyala-nyala terimalah jiwaku,
agar aku dapat belajar menjadi layak untuk menerima cinta Allah yang
telah memberikan bukti kasihNya yang mengagumkan. Amin.”
Bagi
Ibu Teresa, Ekaristi menjadi sumber daya rohani yang tiada tara. Dalam
Ekaristi, ia menemukan kasih Allah yang nyata yang terwujud dalam tubuh
dan darah Kristus dalam rupa roti dan anggur. Yesus yang rela turun ke
dunia, menjadi manusia dan mengorbankan dirinya demi keselamatan semua
manusia. Di dalam Ekaristi kudus inilah Ibu Teresa menemukan makna mulia
dari korban dan penderitaan itu. Dalam doa dan Ekaristi itulah, Kristus
menjadi satu-satunya yang menjadi sumber kehidupan yang senantiasa
menyegarkan dahaga setiap orang, Ia menjadi tumpuan bagi siapa saja yang
memiliki beban berat dan kelesuan (bdk Mat.11:29-29).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar